Langsung ke konten utama

153 Tahun Buku The Origin of Species




Andai Charles Darwin tidak memutuskan keluar dari sekolah dokternya di Eindenburgh University, mungkin saja buku The Origin of Species tidak pernah ada dalam sejarah pemikiran sains dan diperdebatkan banyak orang hingga saat ini. Mungkin saja Charles Darwin sudah menjadi seorang dokter di Shropshire dan sibuk memberikan pertolongan medis bagi orang-orang miskin. Atau, tidak perlu ada orang seperti Harun Yahya untuk membantah teori evolusi dengan tulisan-tulisan yang sarat dengan emosi serta kesalahan logika semacam argumentum ad hominem.
Andaikan Robert Darwin tidak mendaftarkan anaknya pada Christ’s College, Cambridge Univerity untuk menjadi seorang pendeta, mungkin saja buku The Origin of Species tidak pernah ada. Keputusan Robert Darwin memasukan anaknya ke sekolah pendeta pada akhirnya mempertemukan Charles Darwin dengan seorang pendeta yang juga adalah profesor botani, John Steven Henslow. Pendeta Henslow adalah orang yang merekomendasikan Charles Darwin muda, saat itu berusia 22 tahun, untuk menemani Robert Fritzroy menjelajahi garis pantai Amerika selama 2 tahun dengan kapal HMS Beagle. Dan, perjalanan dengan HMS Beagle adalah riset Darwin yang kelak disusun menjadi naskah The Origin of Species yang sangat berpengaruh itu.
***
Charles Darwin dilahirkan dan dibesarkan dalam keluarga ningrat yang taat agama. Charles Darwin, ibarat pepatah, adalah buah yang jatuh sangat jauh dari pohonnya. Kakeknya, Erasmus Darwin, adalah seorang dokter kerajaan. Ayah, Robert Darwin, juga adalah seorang dokter yang cukup kaya pada saat itu. Namun, Darwin muda memang tidak menyukai kedokteran. Menurutnya, operasi bedah yang sering dilakukan ayahnya adalah proses yang sangat brutal dan tak berperikemanusiaan. Lahir dan dibesarkan dalam lingkungan keluarga ningrat berlatar belakang dokter, Darwin justru tertarik pada ilmu alam. Darwin lebih senang mengamati dan mengoleksi kumbang daripada belajar menggunakan peralatan medis.
Ketertarikan itu sudah diperlihatkan semenjak Darwin masih berusia belia. Baru ketika Darwin memasuki sekolah pendetanya di Christ’s College, Cambridge University, minat ilmu alamnya semakin berkembang. Tapi ironisnya, pendidikan pendeta justru membuat Charles Darwin menjadi orang yang paling sering dicemooh oleh agamawan sepanjang satu setengah abad setelah bukunya The Origin of Spesies diterbitkan.    
Darwin bukanlah satu-satunya orang yang mengemukakan pemikiran tentang evolusi. Jauh sebelum Darwin, teori evolusi sejak zaman Aristoteles. Meskipun, pemikiran evolusi sudah dikenal di kalangan ahli biologi, geologi dan filsuf, pada zaman Darwin-lah evolusi benar-benar mendapat tempat yang layak dalam ranah pemikiran keilmuan dan filsafat. Pemikiran-pemikiran evolusi sebelum Darwin boleh dikatakan tidak terlalu banyak bepengaruh. Pemikiran evolusi saat itu terbentur dengan kisah penciptaan dalam Kitab Kejadian yang diyakini oleh ilmuwan dan filsuf. 
Terbitnya buku The Origin of Species berhasil merubah kondisi itu dalam semalam. Boleh dikatakan, terbintnya buku The Origin of Species akhirnya mengukuhkan Darwin sebagai simbol evolusi. Ketika mendengar teori evolusi, maka pemikiran kebanyakan orang langsung tertuju pada Darwin.  Evolusi menjadi perbincangan lintas disiplin. Biologi, geologi, filsafat dll.
Setelah diterbitkan, buku itu terus mendapat kritikan yang diarahkan kepada konsep-konsep atau pada penulisnya. The Origin of Species adalah buku yang sangat kontroverial pada masa itu hingga saat ini. Tak ada buku yang ditulis dengan pemikiran jernih sehingga masih terus dicetak atau diperdebatkan hingga saat ini. Jared Diamond, dalam pengantar buku evolusi karangan Ernst Mayr, mengatakan bahwa setelah terbitnya buku The Origin of Species, setiap tahun selalu ada setidaknya satu buku yang terbit dengan mencantumkan kata Darwin pada judulnya.
Setelah terbitnya The Origin of Species, publik menerima dengan baik konsep dasar evolusi yang diajukan oleh Darwin yaitu keanekaragaman, tetapi evolusi itu sendiri tetap dimusuhi. Apa gerangan yang menjadikan buku itu sebegitu kontroversial? Jawabannya tentu bisa anda kemukakan dengan mudah, bahwa pemikiran Darwin tentang asal-asal usul kehidupan adalah penyebabnya. Bahwa, semua mahkluk hidup yang ada saat ini berasal dari leluhur yang sama tetapi mengalami modifikasi (common descent by modidication). Parahnya lagi, Darwin menempatkan manusia dalam satu kelompok dengan hewan. Itulah sumber kekisruhan utama evolusi. Sebagian orang yang sezaman dengan Darwin maupun yang menentang evolusi hingga sangat anti dengan pemikiran itu. Pemikiran Darwin dianggap menabrak Kitab Kejadian. Melemahkan posisi Tuhan dalam penciptaan mahkluk hidup.
Tesis yang kontroversial itu datang dari pengamatan Darwin pada populasi burung di Kepulauan Galapagos. Dari 3 pulau yang disinggahi, ada 3 spesies burung peniru (mockingbird) dan ia tahu bahwa hanya ada 1 spesies burung mockingbird di Amerika Selatan.  Darwin sebenarnya sedang menerka-nerka asal-usul kehidupan pada saat itu. Dengan bukti yang sangat terbatas, ia berani mengemukakan sebuah argumen yang menggemparkan. Tuduhan para penentang evolusi adalah Darwin melakukan lompatan induktif. Ketiadaan bukti yang bisa menjelaskan bahwa semua mahkluk hidup berasal dari leluhur yang sama membuat pemikiran Darwin ditentang. Ernst Mayr, dalam bukunya menulis bahwa zaman Ratu Victoria dibuat geger saat buku The Origin of Species diterbitkan. Darwin meletakan seleksi alam sebagai mekanisme evolusi.
Terdapat enam fakta yang diungkap oleh Darwin dalam bukunya. Darwin menjelaskan bahwa: 1) fertilitas mahkluk hidup yang tinggi akan menyebabkan dunia tidak dapat menampungnya apabila tidak ada hambatannya, 2) jumlah individu secara keseluruhan hampir tidak berubah karena terdapat faktor pembatas (ketersiadaan makanan) yang mengatur jumlahnya; 3) adanya struggle for existence (perjuangan untuk hidup); karena 4) lingkungan yang terus berubah, sehingga menyebabkan; 5) seleksi alam pada masing individu berbeda dan 6)adanya variasi dan faktor yang menentukannya. 
Evolusi yang dikemukakan Darwin mengalami perkembangan baru setelah karya-karya  Johan Gregor Mendel ditemukan kembali pada tahun 1900-an. Mendel yang menemukan faktor yang mengendalikan sifat individu (gen) melalui percobaan yang dilakukannya pada tanaman kacang ercis (Pisum sativum). Gagasan Darwin kemudian dikiritik dan disempurnakan oleh Theodosius Dobzansky (ahli genetika populasi), G. G. Simpson (paleontolog vertebrata), dan Ernst Mayr (ahli sistimatik). Teori seleksi alam sebagai dasar Evolusi Darwin disempurnakan. Pandangan evolusi yang baru ini menyatakan bahwa peristiwa seleksi baru dapat berlangsung apabila terlebih dahulu telah ada keanekaragaman antar individu (varian) atau dapat dikatakan bahwa seleksi alam hanya sebagai faktor yang mengukuhkan varian-varian yang sesuai dan bukan sebagai faktor penyebab timbulnya varian-varian yang sesuai atau dengan kata lain seleksi alam hanya faktor pengarah evolusi organik. Periode ini kemudian disebut sebagai periode Neo-Darwinisme. Genetika yang dikembangkan Mendel menjadi dasar untuk menjelaskan evolusi.  
Apakah evolusi bertentangan dengan agama? Franz Magnis Suseno, filsuf dan pengajar filsafat STF Drikarya mengemukakan bahwa Penciptaan dalam Kitab Genesis tidak dapat disesuaikan dengan teori evolusi. Cerita penciptaan menurutnya, tidak harus diterima secara literer tetapi dapat dimengerti sebagai ungkapan simbolis tentang suatu keyakinan iman, bahwa memang segala apa yanga ada ini diciptakan oleh Allah dan semua itu baik adanya. Tidak ada jalan lain untuk sampai pada masa pra-evolusi selain penciptaan. Evolusi pun tidak mengajak orang menjadi materialistik dan tidak perlu seseorang menjadi lemah imannya setelah mempelajari evolusi. Setelah lebih dari 150 tahun, teori evolusi masih dipercaya sebagian orang karena manusia baik kehidupan maupun karakteristiknya masih terus berevolusi sehingga teori evolusi pun masih akan terus mengalam evolusi.  
***
Charles Robert Darwin sudah tiada. Tak ada yang tahu apa ia menjadi penghuni neraka karena pemikirannya atau malah sebaliknya. Yang jelas, Darwin sudah menghasilkan karya intelektual yang masih didebatkan hingga saat ini. Tanggal 24 November 1859 adalah pertama kalinya buku The Origin of Species diterbitkan oleh Penerbit John Murray di Inggris. Seberapa besar penolakan kita terhadap evolusi, tidak akan mempengaruhi nama besar Charles Darwin. Ikon evolusi memang telah diberikan kepadanya. Tulisan ini sengaja dibuat untuk memperingati 153 tahun terbitnya buku The Origin of Speceis by means of natural selection.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jari Manis Simbol Maskunilitas

Coba anda perhatikan antara jari telunjuk dan jari manis, manakah yang lebih panjang? Seringkali kita temukan ada pria yang memiliki jari manis yang lebih panjang dibanding dengan jari telunjuk. Pada wanita juga bisa ditemukan hal yang sama. Mengapa jari manis lebih panjang? Sebuah penelitian telah dipublikasi dalam  Proceeding of the National Academy of Sciences  seperti dikutip oleh  Science daily  (5/09/11)  menemukan bahwa panjang jari dipengaruhi oleh hormon seks pada masa embrio. Berdeda dengan penelitian sebelumnya,  penelitian ini tersebut menggunakan hewan coba tikus untuk mengetahui pengaruh hormon-hormon seks terhadap rasio digit. Dalam laporan penelitian tersebut, ahli biologi perkembangan Martin Cohn, Ph.D., dan Zhengui Zheng, Ph.D., dari  Howard Hughes Medical Institute  dan departemen genetika dan mikrobiologi molekuler di  UF College of Medicine  , mengatakan bahwa proporsi angka pria dan wanita ditentukan oleh keseimbangan hormon seks selama perkembangan em

Analisis Kritis

KONSOLIDASI MEMORI JANGKA PANJANG Oleh: Novie S. Rupilu Saya mungkin termasuk orang yang terlambat membaca buku  The Shallows . Buku yang masuk dalam finalis peraih penghargaan bergengsi Pulitzer Prize tahun 2011 lalu itu memang sudah beberapa kali saya lihat ketika berkunjung ke toko buku dan bagaimana bisa saya telah melewatkannya begitu saja. Tapi, saya berpikir positif saja dengan mengingat sebuah ungkapan “ late is better than never ”. Sekedar  mengingatkan kembali, buku itu terdiri dari 10 bab, belum termasuk prolog, epilog dan beberapa intermezo di dalamnya.  Buku itu merupakan perluasan dari artikel sebelumnya yang ditulis oleh Nicholas Carr pada majalah  The Atlanthic  dengan judul  Is google making us stupid?.  Nicholas Carr menyambung logika yang terputus pada esainya itu dengan menulis sebuah buku yang luar biasa. Kali ini Carr benar-benar menunjukkan bahwa ia memang serius dengan tuduhannya. Penjelasan mengenai sejarah buku, percetakan dan kegiatan mem

Perubahan untuk semua

“Kelas menumpulkan pikiran dan mematikan kreativitas”. Kata John Nash dalam film The beatiful mind. Saya tidak tahu persis apakah Nash pernah mengungkapkan kalimat itu ketika melanjutkan studi di Princeton University. Tetapi, Nash adalah sosok unik yang jarang mengikuti perkuliahan didalam kelas tetapi pada akhinya mampu melahirkan karya intelektual yang sangat berpengaruh. Hadiah Nobel Ekonomi yang diterima pada tahun 1994 atas karyanya tentang teori permainan yang disebut “kesetimbangan nash” merupakan bukti bahwa Nash memang sosok yang unik. Terlepas dari uniknya sosok seorang John Forbes Nash, kutipan kalimat singkat di atas mungkin bisa menjadi sebuah acuan bagi kita membentuk pemahaman tentang pendidikan. Nash tentu tidak sementara memprovokasi kita untuk membubarkan lembaga pendidikan formal. Tetapi, ada hal penting harus kita pelajari dari kutipan itu. Pendidikan Bukan Cuma Sekolah. Kutipan di atas dapat bermakna bahwa pendidikan seharusnya tidak dibatasi pada rua