Langsung ke konten utama

Tes DNA Ketidaksetiaan Dalam Perkawinan


Kisah ketidaksetiaan dalam perkawinan bukanlah hal baru. Ketidaksetiaan, bahasa paling halus dari selingkuh, adalah penyebab penceraian nomor 2 di Indonesia setelah masalah ekonomi. Kasus-kasus ketidaksetiaan dalam perkawinan juga pernah menimpa orang-orang terpandang di dunia. Sebut saja mantan presiden Amerika, Bill Clinton, juga pernah memiliki hubungan gelap dengan stafnya Monica Lewinsky. Atau, kisah Tiger Wood yang sering melakukan hubungan seksual dengan banyak perempuan, dan yang paling menghebohkan adalah hubungannya aktris panas Joslyn James. Bahkan, Aktor dan gubernur California Arnold Schwarzenegger pun pernah memiliki hubungan terlarang dengan pembantunya sendiri, wanita bernama Mildred Balena itu pun dikabarkan memiliki anak dari hasil hubungan gelap dengan sang majikan.
Kehebohan-kehebohan di atas akhirnya membingunkan para ilmuwan yang mempelajari perilaku manusia. Apakah manusia termasuk dalam kategori monogami seksual atau monogami sosial. Monogami seksual artinya melakukan hubungan seksual hanya dengan 1 orang yaitu pasangan. Dan, monogami sosial adalah pasanagn yang hidup bersama dan merawat keturunan tetapi juga melakukan hubungan seksual dengan orang lain.  Kedua tipe ini ditemukan pada kultur manusia modern saat ini. Terkait dengan ketidaksetiaan dalam perkawinan, ada kecendrungan para ahli untuk mengatakan bahwa hal itu berkaitan dengan faktor genetik. Apakah kisah Tiger Woods dan Bill Clinton atau orang-orang lain yang sama dengannya adalah pengaruh dari adanya faktor genetik? 
***
Para ahli psikologi evolusioner, biologi evolusi dan neurosains saat ini gencar melakukan riset untuk menemukan penyebab-penyebab munculnya kasus-kasus ketidaksetiaan dalam perkawinan.  Studi tentang perilaku sosial dan seksual manusia, memang masih banyak yang dilakukan pada hewan. Sedikit sekali penelitian yang dilakukan langsung terhadap manusia. Selain pada akhirnya dibutuhkan kejujuran responden, peneliti biasanya terhalangi dengan etika penelitian. Jika pun akhirnya melibatkan manusia sebagai sampel maka itu hanya sebatas expost facto bukan eksperimen. Tetapi, data hasil-hasil penelitian itu dapat diekstrapolasi pada manusia karena kedekatan struktur dan fungsi-fungsi komponen biologis. 
Riset tentang perilaku sosial monogami atau poligami memang lebih banyak dilakukan pada hewan. Salah satu hewan acapkali digunakan oleh peneliti di luar negeri adalah vole, hewan pengerat kecil yang menyerupai tikus namun memiliki tubuh yang lebih gemuk, ekor berambut yang lebih pendek, kepala yang agak budar dan telinga yang lebih kecil. Hewan yang berumur pendek, sekitar 12 bulan ini banyak ditemukan di padang rumput di Amerika. 
Tikus vole adalah salah satu hewan yang termasuk dalam kategori hewan yang berperilaku monogami. Sebagai catatan, perlu anda ketahui bahwa dari semua mamalia yang berjumlah kurang lebih 5000 spesies, monogami memang sangat jarang ditemukan. Hanya sekitar 5% mamalia yang memiliki kebiasaan monogami dan sisanya adalah poligami. Tapi tidak semua tikus vole melakukan monogami. Tikus vole yang hidup di padang rumput memiliki tipe perkawinan yang setia pada pasangan. Berbeda dengan spesies yang ditemukan pada daerah pegunungan, tikus-tikus ini memiliki banyak pasangan atau boleh dikatakan cenderung berpoligami. Oleh karena itu, hewan ini lebih banyak mendapat perhatian untuk menemukan mekanisme biokimiawi serta neurologi yang berperan pada perilaku sosial dan seksual mereka. 
Hasil-hasil riset pada tikus vole tiba pada kesimpulan bahwa perilaku sosial monogami ditentukan oleh keberadaan 2 molekul yaitu oksitosin dan vasopresin. Oksitosin dominan ditemukan pada wanita. Oksitosin berperan penting dalam meningkatkan keterikatan wanita dengan pasangan maupun dengan keturunannya. Pada manusia, oksitosin banyak ditemukan ketika seorang ibu menyusui anaknya. Pelepasan molekul ini oleh bagian otak yang disebut hipotalamus akan membuat seorang ibu memberikan perhatian pada anaknya dan sekaligus mempererat hubungan dengan anak. Sementara itu, vasopresin dominan ditemukan pada pria. Vasopresin memiliki fungsi yang sama dengan oksitosin. vasopresin mempengaruhi perilaku pria untuk setia pada pasangan.
Larry Young, peneliti di Emory University di Antlanta melalui hasil eksperimennya menyimpulkan bahw tikus-tikus vole yang setia pada pasangan memiliki reseptor molekul vasopresin. Reseptor adalah tempat terikatnya molekul vasopresin. Untuk dapat memiliki pengaruh, sebuah molekul seperti vasopresin harus memiliki reseptor. Ketika terjadi ikatan antara molekul dan reseptornya maka pesan-pesan neurokimia akan ditetuskan kepada molekul-molekul lain yang pada akhirnya akan berdampak pada suatu perubahan tertentu. Reseptor vasopresin yang ditemukan pada tikus vole monogami adalah V1a. Reseptor V1a pada tikus-tikus vole yang monogami dikode oleh gen tertentu dalam DNA yang disebut gen V1aR. Jika saja gen-gen yang mengkode molekul reseptor V1a mengalami perubahan maka tentu saja vasopresin dan oksitosin tidak dapat terikat dan kedua molekul itu tidak dapat berperan dengan baik. 
Data riset pada tikus-tikus vole yang monogami mengindikasikan bahwa jika gen-gen yang mengkode reseptor V1a mengalami perubahan atau dihambat ekspresinya maka akan diikuti dengan perilaku sosial tikus. Studi langsung pada manusia baru dilakukan oleh Hase Wallum dan koleganya pada tahun 2008. Riset yang dipublikasi pada jurnal PNAS Oktober 2008 ini merupakan studi pertama pada manusia untuk melihat variasi gen V1aR serta pengaruhnya terhadap perilaku sosial pria. Penelitian ini sekaligus melakukan verifikasi terhadap data-data hasil riset pada hewan. Menurut Wallum, terdapat asosiasi yang kuat antara polimorfis pada sekuens berulang gen V1aR karakteristik sosial pria dalam perkawinan. Penelitian yang melibatkan 554 kembar serta pasangannya masing-masing ini dilakukan untuk mencocokan bukti genetik dengan perilaku-perilaku yang muncul dalam perkawinan. Hasilnya, responden yang memiliki polimorfism pada sekuens berulang gen V1aR juga memiliki masalah dengan perkawinan mereka yang mengarah perceraian. Bukti penelitian ini semakin menguatkan anggapan sebagian kalangan bahwa ketidaksetiaan dan poligami sudah ada dalam potensi genetik manusia. 
Larry Young mengatakan bahwa “hasil itu adalah mungkin menjadi bukti bahwa orang-orang yang memiliki varian tertentu pada gen V1aR akan memiliki lebih banyak masalah dalam perwakinan mereka, tetapi genotipe saja tidaklah cukup untuk memprediksi masa depan perkawinan seseorang. Ada banyak faktor yang mempengaruhi” .
Perlu diketahui pula bahwa fenotipe atau ciri-ciri yang tampak pada suatu individu adalah hasil dari interaksi genotipe dan lingkungan. Gen-gen yang menentukan perilaku sosial individu membutuhkan lingkungan sosial yang mendukung untuk dapat berpengaruh pada perilaku individu. Varian-varian gen V1aR yang mempengaruhi perilaku individu untuk tidak setiap dalam perkawinan tidak akan tereskpresi jika lingkungan dimana individu itu berada tidak mendukung.
Para ahli berpendapat bahwa penemuan penting ini tidak harus dipahami bahwa permasalahan dalam perkawinan dapat diatas dengan obat-obat tertentu untuk menekan eksperi gen-gen tersebut. Tetapi, deteksi awal tentang adanya kelainan-kelainan genetik semacam itu dapat dilakukan sebagai langkah awal terapi psikologis. Tes DNA ketidaksetiaan bisa menjadi sesuatu yang mungkin dilakukan pada masa yang akan datang.

Yogyakarta, 12 November 2012

Novie SR

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jari Manis Simbol Maskunilitas

Coba anda perhatikan antara jari telunjuk dan jari manis, manakah yang lebih panjang? Seringkali kita temukan ada pria yang memiliki jari manis yang lebih panjang dibanding dengan jari telunjuk. Pada wanita juga bisa ditemukan hal yang sama. Mengapa jari manis lebih panjang? Sebuah penelitian telah dipublikasi dalam  Proceeding of the National Academy of Sciences  seperti dikutip oleh  Science daily  (5/09/11)  menemukan bahwa panjang jari dipengaruhi oleh hormon seks pada masa embrio. Berdeda dengan penelitian sebelumnya,  penelitian ini tersebut menggunakan hewan coba tikus untuk mengetahui pengaruh hormon-hormon seks terhadap rasio digit. Dalam laporan penelitian tersebut, ahli biologi perkembangan Martin Cohn, Ph.D., dan Zhengui Zheng, Ph.D., dari  Howard Hughes Medical Institute  dan departemen genetika dan mikrobiologi molekuler di  UF College of Medicine  , mengatakan bahwa proporsi angka pria dan wanita ditentukan oleh keseimbangan hormon seks selama perkembangan em

Analisis Kritis

KONSOLIDASI MEMORI JANGKA PANJANG Oleh: Novie S. Rupilu Saya mungkin termasuk orang yang terlambat membaca buku  The Shallows . Buku yang masuk dalam finalis peraih penghargaan bergengsi Pulitzer Prize tahun 2011 lalu itu memang sudah beberapa kali saya lihat ketika berkunjung ke toko buku dan bagaimana bisa saya telah melewatkannya begitu saja. Tapi, saya berpikir positif saja dengan mengingat sebuah ungkapan “ late is better than never ”. Sekedar  mengingatkan kembali, buku itu terdiri dari 10 bab, belum termasuk prolog, epilog dan beberapa intermezo di dalamnya.  Buku itu merupakan perluasan dari artikel sebelumnya yang ditulis oleh Nicholas Carr pada majalah  The Atlanthic  dengan judul  Is google making us stupid?.  Nicholas Carr menyambung logika yang terputus pada esainya itu dengan menulis sebuah buku yang luar biasa. Kali ini Carr benar-benar menunjukkan bahwa ia memang serius dengan tuduhannya. Penjelasan mengenai sejarah buku, percetakan dan kegiatan mem

Perubahan untuk semua

“Kelas menumpulkan pikiran dan mematikan kreativitas”. Kata John Nash dalam film The beatiful mind. Saya tidak tahu persis apakah Nash pernah mengungkapkan kalimat itu ketika melanjutkan studi di Princeton University. Tetapi, Nash adalah sosok unik yang jarang mengikuti perkuliahan didalam kelas tetapi pada akhinya mampu melahirkan karya intelektual yang sangat berpengaruh. Hadiah Nobel Ekonomi yang diterima pada tahun 1994 atas karyanya tentang teori permainan yang disebut “kesetimbangan nash” merupakan bukti bahwa Nash memang sosok yang unik. Terlepas dari uniknya sosok seorang John Forbes Nash, kutipan kalimat singkat di atas mungkin bisa menjadi sebuah acuan bagi kita membentuk pemahaman tentang pendidikan. Nash tentu tidak sementara memprovokasi kita untuk membubarkan lembaga pendidikan formal. Tetapi, ada hal penting harus kita pelajari dari kutipan itu. Pendidikan Bukan Cuma Sekolah. Kutipan di atas dapat bermakna bahwa pendidikan seharusnya tidak dibatasi pada rua